Rabu, 18 Desember 2024, mudir Ma’had al-Jami’ah UIN RM Said beserta rombongan berkunjung ke tanah Singosari, tepatnya di Ma’had al-Jami’ah UIN Maulana Malik Ibrahim. Kunjungan Ma’had UIN RM Said diterima secara terbuka oleh pihak tuan rumah sekaligus menjadi prosesi temu kangen beberapa kolega mudir yang ada di sana, bahkan terdapat alumni UIN RM Said yang menjadi akademisi di UIN Maulana Malik Ibrahim.
Prosesi temu kangen dan bertukar pikiran mengenai gagasan pengembangan Ma’had dilakukan secara formal dan santai. Kami rombongan dari UIN RM Said disuguhkan dnegan pemutaran vidio Ma’had al-Jami’ah UIN maulana malik Ibrahim Malang. Vidio yang disuguhkan berkisar mengenai proses belajar mengajar yang dilakukan di Ma’had UIN Maulana Malik Ibrahim. Di dalam vidio, digambarkan bagaimana mahasiswa dibentuk untuk menjadi intelek-ulama dan ulama-intelek.
Pihak tuan rumah mempersilakan mudir Ma’had UIN RM Said terlebih dahulu menyampaikan maksud dan tujuan datang ke Ma’had UIN Maulana Malik Ibrahim, di mana dalam hal ini disampaikan oleh mudir ma’had KH Ahmad Khafidz M.Ag. Ia menyampaikan; pertama kunjungan ini dilakukan untuk memperkuat tali silaturahmi antara kampus UIN Surakarta dengan UIN Malik Maulana Ibrahim, sebab antara UIN RM Said dan UIN Maulana Malik Ibrahim memiliki ikatan yang kuat sejak Prof Imam Suprayogo dan Prof Usman Abu Bakar. Mudir juga menyampaikan permohonan maaf terk,it kunjugannya kegiatan tidak membawa rombongan yang sesuai dengan surat yang dihaturkan karena beberapa alasan tertentu, ujarnya.
Tentu permasalahan yang kami hadapi dalam mengelola ma’had baru satu tahun berjalan ini masih banyak kekurangan di antaranya terkait profile idarah yang menjadi permasalah, karena sususan pengurus yang belum terlampir secara jelas dan terlembagakan. Maka dengan keadaan seperti yang kami lakukan hanyalah mempersiapkan ma’had sebaik mungkin dengan anggota yang sangat terbatas dalam menjadikan para santri ma’had menjadi mahasiswa yang kompeten baik dalam ilmu-ilmu agama maupun ilmu umum.
Hubungan antara UIN RM Said dengan UIN Malik, sejak lama sudah terbangun dalam hal ini mengenai perumusan bahasa Bahasa Arab bagi para mahasiswa dan terkait dengan program yang lainnya. Bagi PTKIN di seluruh Indonesia, UIN Malang dilihat bukan dari sudut program ma’hadnya, tetapi melihat BLUnya dengan pendanaan yang begitu besar. Dengan menggunakan local wisdom, UIN Malik berhasil melakukan program ma’had yang ada. Maka kami datang ke sini untuk belajar, menimba ilmu mengenai pengelolaan program dengan kapasitas mahasiswa yang banyak dan pendanaan yang besar bisa menjalankan program ma'had yang bisa menajwab persoalan yang ada, tegasnya.
Tidak lupa selaku tuan rumah, KH. Ahmad Izzudin, mudir UIN Maulana Malik Ibrahim menyambut baik dengan tangan terbuka kunjungan yang dilakukan oleh Ma’had UIN RM Said, bahkan di awali dengan memperkenalkan pengerus Ma’had Malik Ibrahim satu persatu. Ia bercerita bagaimana Ma’had ini harus melakuakn revitalisasi program, bagaimana bisa ma’had yang dianggap pioner mengalami kegagalan dalam acara yang bertajuk Musabaqoh Ma’had di UIN Cirebon, tanpa membawa gelar satupun di acara tersebut. Hal ini menjadi pukulan telak bagi kami ketika kami dianggap menjadi pioner pembentuk ma’had di seluruh PTKIN, ujarnya.
Dalam proses belajar mengajar di kami ada kelas khusus Mahasantri kelas unggulan yang berisi hanya 30 orang bekerjasama dengan Ma’had Aly untuk memproleh dua gelar (double degree) dan menjadikan mereka sebagai intelektual-ulama, ulama-intelektual di masa yang akan datang. Kami berharap dengan kedatangan rombongan dari UIN RM Said diharapkan bisa memberikan semangat untuk berkompetensi melakukan kebaikan dalam mengelola ma’had secara bersama-sama.
Sistem yang digunakan oleh Ma’had UIN Malik, menggunakan proses verifikasi dan ma’had sendiri menggunakan placement test, menggunakan penjadwalan untuk pendatangan, pengecekan administasi bahkan Ma’had menggunakan sistem penilai berupa status lulus atau tidak, di mana sistem kelulusan ini digunakan untuk menindaklanjuti ujian kompre mendatang bahkan tidak bisa mengambil mata kuliah keagamaan, jika ia tidak lulus di ma’had.
Bahkan tidak hanya itu saja, kami mengeluarkan syahadah (sertifikat kelayakan) bagi para santri yang lulus sesuai kurikulum yang ada di ma’had. Bahkan, Ma’had juga melakukan survei terkait bagaimana cara pandang mahasiswa terkiat kerang moderasi beragama, sebagai data kampus dalam menjalankan nilai-nilai Pancasila yang ada di dalam kampus UIN Malik. Tidak hanya itu, ma’had juga sporting data tentang demografi untuk keberlangsungan UIN Malik sendiri. Hal ini sebagai perwujudan bahwa kehadiran ma’had tidak bisa dianggap sebelah mata oleh pihak kampus.
Pertemuan kedua belah pihak berjalan dengan hidkmat dan riang gembira, masing-masing bertukar pengalaman dan memberikan masukan. Praktik baik yang ada di UIN Malik diharapkan bisa menjadi energi positif bagi UIN RM Said dalam membangun ma’had yang berkeadaban di masa yang akan datang supaya melahirkan ulama-intelek yang berbudaya dalam menerapkan nilai-nilai agama, bangsa dan budaya, tabik!
By. Admin